Perumpamaan Aku Dan Kamu © 2012
An Original Story by MizuRaiNa
.
Salah satu teori atom Dalton menyebutkan
bahwa atom tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan. Begitupun dengan rasa yang
ada padamu yang tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan. Itu karena rasa ini
tumbuh dengan sendirinya dan tak mungkin untuk dihilangkan apalagi dimusnahkan.
Rasa ini padamu bagaikan jari-jari atom
yang dalam suatu golongan akan terus bertambah dari atas ke bawah. Begitupun
dengan rasa ini, akan terus bertambah dari hari ke hari.
Selain itu, rasa ini juga tak akan
pernah berubah seperti Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier) yang di dalam
suatu reaksi kimia, masa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.
Tidak ada pembatas diantara kita. Bukan
seperti dalam stoikiometri yang memiliki pereaksi pembatas yang salah satu pereaksi
dalam reaksi kimia itu habis bereaksi lebih dahulu sebelum pereaksi lainnya
sehingga menghentikan atau membatasi reaksi.
Pengandaian dirimu dalam hidupku adalah
;
Kau bagaikan suatu elektronegativitas
yang memiliki kemampuan untuk menarik diriku ke dalam suatu ikatan yang bernama
cinta.
Menurut Hukum Newton I kau bagaikan gaya
total dalam hidupku yang mampu merubah kehidupanku yang cenderung monoton.
“Hei
Rian, kau sedang menulis apa?” tanya seorang yang duduk di sebelahku. Sontak
aku menghentikan pena yang tadi menari di atas helai kertas buku catatanku. Aku
melirik ke arahnya.
“Apa?”
Aku mengernyitkan alisku sembari menatap ke arahnya.
“Itu.
Apa yang kau tulis? Bukankah Bu Ihda hanya menulis dari rumus-rumus matematika
yang ada di buku paket?” Kedua alisnya saling bertautan. Melirik sekilas ke
arah Bu Ihda yang berdiri sembari menggoreskan spidol membentuk rumus-rumus
yang sudah kumengerti—rumus trigonometri.
“Bukan
apa-apa.” Aku meluruskan pandanganku ke depan.
“Masa?”
Rupanya ia tak puas dengan jawaban singkat dariku. Ekor matanya menatap buku
catatan yang tadi kutulisi. Aku tahu dia sangat penasaran. Rasa penasarannya
itu sangat tinggi. Tapi tak mungkin aku biarkan dia membaca rentetan kalimat
itu. Aku termasuk tipikal lelaki pendiam yang sangat tak acuh dengan perempuan
manapun kecuali setelah aku mendapati sosok perempuan itu.
“Ya.”
“Adrian,
Fikri, apa yang sedang kalian diskusikan?” Bu Ihda sepertinya tahu tadi aku dan
Fikri berbincang-bincang sebentar. Tak lupa dia memberikan deathglare kepada kami berdua. Guru killer memang pantas disandang olehnya.
“Tidak
kok Bu, hehe.” Fikri menjawab mewakili aku dan dirinya. Bu Ihda kembali menulis
rumus aturan cosinus yang belum semuanya
ia tulis.
Untunglah
Fikri tak bertanya-tanya lagi karena teguran Bu Ihda tadi. Aku melanjutkan
tulisanku yang sempat terpotong itu.
Kau dan aku bagaikan Hukum Newton III (Faksi
= -Freaksi). Aku dan kamu begitu berbeda. Aku pendiam
kau periang. Namun hal itu membuat kita saling melengkapi. Rasa yang kumiliki
padamu menghasilkan reaksi yang sama dengan rasa yang kau berikan untukku
Hubungan kita juga terbentuk dari
perbedaan kita berdua. Seperti kepolaran ikatan kovalen terbentuk akibat adanya
perbedaan nilai keelektromagnetifan antara atom yang berikatan.
.
Ternyata, lelaki sedingin apapun memiliki sisi lain...
.
_END_